Sabtu, 03 Januari 2009

Terkenang LOKSADO


Rombongan Blogger Banjarmasin[ seribu sungai ] dan Banjarbaru[ BBM ] berangkat ke Kandangan, mengadakan pertemuan dengan Blogger Pahuluan, dilanjutkan dengan perjalanan menuju objek Wisata Air Panas di Desa Tanuhi di pandu oleh pak Syam.
Saat perjalanan menuju desa Tanuhi, kenangan Pahit menuju Loksado terbayang!
Loksado. Ah..memang menjadi kenangan tersendiri kala ku mengingatnya. Betapa tidak saat mobil yang kami tumpangi menanjak ke bagian tertinggi. Disana terpampang papan nama bertuliskan “ hati-hati, berbahaya! awas jatuh! Seorang teman mengingatkan pada sopir kala itu dengan ucapan “ itu apa bacaan nya”, saat itu juga mobil tak bisa di kendalikan lagi, mungkin sopir lengah dan kaget kala mendapat teguran dari teman dan langsung mencari dimana tulisan itu berada, tak peduli lagi pada kondisi mobil yang sebenarnya, hingga mobil meluncur mundur dengan cepat kebawah tak terkendali, semua penumpang berteriak histeris mencari pegangan, tak terkecuali dengan dua adik perempuanku, mereka berdua sudah pasrah dengan apa yang mereka alami saat itu.sebagian yang lain serentak berteriak “matiii, matii, matian jua kita ni”, mendengar teriakan seperti itu, aku berusaha untuk tegar dan berharap masih bisa hidup, agar ada seorang pembawa berita tentang kejadian ini ke keluarga mereka masing-masing. Hanya itu yang bisa aku harapkan.
Sementara sopir masih berkutat dengan setiran, demi mempertahankan posisi mobil yang sedang meluncur mundur dengan cepat, hingga akhirnya terseok-seok kemudian terhempas ketebing sebelah kiri. Seorang teman disampingku terpental keluar pintu, sebelum pintu tertutup kembali kala menempel dinding tebing.
Ya syukurlah, sang sopir dengan cekatan banting setir keposisi kiri, andai banting ke kanan…., huuuhhh…tak bisa dibayangkan lagi, mobil akan masuk jurang yang sangat dalam tentunya.
Kala mobil udah berhenti. Mereka masih ribut dengan kejadian ini, kulihat wajah-wajah mereka merah pucat, di bagian jok belakang ada yang masih diam tak bergerak, tegang! Terlihat genggaman tangannya begitu kuat berpegangan, namun tak terlihat apa yang di pegangnya, setelah di tepuk pundaknya baru dia kaget! Dan terlihat apa yang di pegangnya, ternyata hanya sebilah batang korek api, hmm geli juga melihatnya, semua pada ngejek.
Semua penumpang turun, sang sopir berusaha membenarkan posisi mobil dengan bantuan dorong sampai berhasil.
Mobil kembali naik menanjak tanpa disertai penumpang hingga ke puncak, barulah kami masuk kedalam mobil kembali melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai juga.
Untungnya waktu itu tak ada mobil dibelakang pada saat kejadian. alhamdulillah.
Sampai di tempat tujuan, sopir dan seorang teman berusaha menyelidiki, kira-kira apa saja yang rusak, setelah dichek, ooohhh…ternyata sel olie rem belakang bocor dan tak ada gantinya. “ pantaas…Olie rem habis, kada kawa di kucok-kucok lagi “ ujar sopir
Salah seorang sopir bus Damri memberikan solusi dengan cara memberikan air sabun untuk sementara waktu dan kalau berhasil nanti bisa beli yang baru di kota kandangan. Namun setelah di test kembali, air sabun itu muncrat lagi dibagian sel, mereka terus berusaha memperbaiki seadanya agar bagian sel tersebut bisa digunakan…hujan menguyur dengan lebatnya, tetapi mereka tak beranjak dari samping mobil demi melakukan perbaikan rem tersebut. hari sudah gelap sementara penumpang perempuan sudah mulai gelisah mau pulang, karena mereka sudah berjanji sama orang tua pulang sore, aku berusaha menenangkan mereka dengan jalan menelpon ke rumah tetangga di komplek dan menyatakan bahwa kami semua bermalam di kandangan.
Aku berusah tak bercerita tentang kejadian yang baru saja menimpa kami tadi siang, agar yang menerima telpon bisa menyampaikan keberadaan kami. Sehingga kawan-kawan penumpang bisa tenang dan tak gelisah lagi.
Untungnya seorang penduduk bersedia memberikan perlindungan di rumah mereka. Sehingga kawan-kawan merasa nyaman. Terimakasih warga loksado.
Malam terus beranjak naik hingga sopir memanggilku dengan tujuan minta bantuanku untuk memberikan jalan terbaik buat perbaikan rem. Aku memberikan solusi agar melakukan seperti halnya Max Gver, sopir setuju dan langsung mencari sesuatu yang bisa di gunakan.
Aku hanya memperhatikan sang sopir dan temanku membetulkan hingga pada test drive kembali, namun saat mobil di jalankan aku bertanya pada teman “ itu besi apa an?
Temanku kontan berteriak pada sang sopir “ woiii stop, stop…, stop dulu, itu tromol nya belum di pasang! Sambil garuk-garuk kepala.
“ waaah kayapa ikam ni, jar pang urang bengkel! Sakalinya kada bisa jua” jar sopir menyambati kawanku. Rupanya tromol itu dia gunakan sebagai tempat duduk.
Aku hanya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan mereka berdua, sehingga mereka kembali melakukan perbaikan.
Dan test ulang kembali, namun masih tak membuahkan hasil yang maksimal sel olie masih tetap bocor. Akhirnya mereka menyerah karena kondisi hujan lebat tak berhenti juga, dan besok mau di lanjutkan kembali.
Tubuh mereka berdua menggigil karena sudah hampir setengah malam melakukan perbaikan, aku bertanya pada mereka kira-kira apa saja penyakitnya. Sehingga paham sedikit tentang rem mobil.
Setelah hujan reda, aku berusaha memperhatikan sel olie yang rusak, kemudian mencocokkan dengan cerita mereka. Kalau pun bisa maka akan kukerjakan sendiri.
Sopir mendekatiku dan memberikan alternative lain dengan jalan di ikat dengan karet ban. Betul juga namun kami tidak mempunyainya, yaaahhh…apes lagi.mau bangunin warga juga malas menggangu. Aku terus berusaha mencari sesuatu tempat peralatan mobil yang bisa di manfaatkan buat sementara. Ternyata aku punya ide setelah melihat botol bekas roll film[klise], dengan segera ku ambil dan ku cocokkan dengan tempat sel olie rem tersebut, klop dan pas Cuma bagian belakang botol harus ku potong. Selesai. Tapi aku masih bingung dengan ketiadaan karet ban[ ucus wal ai], agar rem bisa di fungsikan kala pedal rem di injak, sehingga bisa menutup kembali.
Sambil berjalan mondar-mandir memperhatikan botol yang ada di genggamanku, mataku mengawasi, mengamati hamparan tanah yang becek guna menemukan karet, apa saja asalkan karet. Tiba-tiba aku teringat bahwa didalam bok mobil ada beberapa gelang karet.
Aku langsung beranjak ke dashboard depan dan menemukannya. Yahh…aku tersenyum ketika mendapatkannya. Sehingga aku bisa melakukan perbaikan tanpa ditemani siapapun. Mereka terlalu lelah sudah.
Selesai sudah, aku meminta sopir bangun untuk melakukan test pada hasil yang kulakukan. Ku injak pedal rem, sementara sopir memperhatikan berfungsi tidaknya hasil perbaikanku tadi.
“ injak terus, terusss…, teruuus…., ya siiip” begitulah sopir memberikan komando padaku.
“ bagus sudah, baik tu…jangan di rubah-rubah lagi, siip banar tu”
“ sini aku nang mamasang ban nya nah” sopir mulai melakukan, aku masih mengingatkannya dengan ucapan
“jangan tatinggal tromol lah kaya kawanku tadi”
“ kada kaya kawan ikam pang” jarnya membalas.
Setelah beberapa kali melakukan test drive, rem berfungsi normal untuk sementara waktu dengan bantuan cairan sabun sebagai pengganti olie. Barulah kami istirahat.

Pagi sudah menjelang, kawan-kawan sudah bersiap-siap untuk pulang. Sementara aku masih tertidur.
Barulah mereka bangunkan aku dengan secangkir kopi didepan mata. Hmmm…aroma kopi pagi ini memang sangat menusuk hidung….
Sebagian mereka sudah naik keatas dengan jalan kaki, mau cepat pulang, entah apa maksud mereka. Mungkin takut sama orang tua dirumah atau yang lainnya.
Mobil naik lebih dulu tanpa penumpang karena mereka semua sudah menanti di atas, aku sendiri masih jalan kaki setelah sebelumnya pamit dan terima kasih telah membantu perlindungan pada kawan-kawan pada penduduk.
Cerita di potong! Perjalanan sudah sampai Kota banjarbaru, semua kembali dengan selamat diantar kerumah masing-masing. Satu yang mungkin tak bisa kuceritakan saat mengantar kerumah salah seorang teman perempuan. Hehehe…kasian kan…
Kata teman-teman, andai saja mobil masuk jurang beneran dan kita semua mati. Maka akan ada satu bendera hijau di Loktabat[sopir], satu di Jl. Pematon, lima di Jl. Semeru[ satu tidak jadi kawin], satu di Jl. Aljafri, dua di Guntung upih dan satunya lagi di Jl.P.M. Noor.
Yah..syukurlah itu semua tidak terjadi.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Cucuk ai..
Dangsanak nih semalam ranai di dalam mobil pas ke Tanuhi. Sakit kepala sekalinya pernah trauma kecelakaan waktu diperjalanan ke Loksado lah...

Umay..kada bapadah pang semalam tuh. Caka bapadah bulikannya kita belanting paring ja ke kdg, jgn bamobil..

Anonim mengatakan...

hahahaha.....pak syam...pak syam
tahun baru ka situ pulang wan kaluarga manjinguki ading nang tugas di lumpangi

Anonim mengatakan...

mailah ramenya bakisah loksado. kaingatan jua aku saat kkn di malinau parak balai bidukun. kaena mun dibawai orang caka kawa umpatai jua. mun kada dibawai supanai handak uumpatan. hehehe. manca. aku hanyar ja mambuka internet karena sibuk ka rumah sakit islam manunggui paman garing. napa pas aku garing sidin rancak mamalami jadi mambalasai jua. kaya apa mambalasi umpat bagabung tu? ada ja email masuk tapi aku kada tau caranya. kalo tasalah ngalih urusannya kaena. wayahapa pulang handak ka lumpangi????aku suah kalaparan disitu pas duit tatinggal di malinau untung ada kustila masak imbah minta ijin wan ampunnya ku putik nyamanai rasanya. hehehe

Kamal Ansyari Abinya Naira dan Haikal mengatakan...

Tolong jaga dan lestarikan alam hutan Loksado dari penambang-penambang yang hanya menginginkan uang dan harta tanpa memikirkan kerusakan hutan nantinya.
Hutan yang indah ini adalah warisan untuk anak cucu kita di masa depan.